Menjelang Idul Adha, tradisi Qurban menjadi momen penting yang mempererat solidaritas dan kepedulian sosial. Namun, di tengah semangat berbagi ini, kesehatan hewan kurban harus menjadi prioritas utama. Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah brucellosis, penyakit bakteri zoonosis yang dapat menginfeksi sapi, kambing, domba, dan babi.

Brucellosis tidak hanya mengganggu kesehatan dan produktivitas ternak, tetapi juga dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau konsumsi produk hewani yang tidak dipasteurisasi seperti susu dan daging. Risiko penularan ini meningkat selama periode Qurban karena tingginya mobilisasi dan interaksi hewan ternak.

Brucellosis pada sapi di Indonesia: Situasi dan Tantangan

Penyakit brucellosis disebabkan oleh bakteri Brucella, yang dapat menimbulkan gangguan reproduksi serius seperti keguguran dan infertilitas pada ternak. Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi endemik, yang disebabkan oleh rendahnya kesadaran dan lemahnya pengawasan terhadap pergerakan hewan ternak.

Menurut drh. Lida Rahmah, dokter hewan di Bahtera Adi Jaya, “Angka kejadian brucellosis di Indonesia masih cukup tinggi karena minimnya informasi mengenai metode pencegahan yang efektif.” Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan lalu lintas ternak ruminansia sebagai kendala utama pengendalian penyakit ini.

Strategi Pencegahan Brucellosis

1. Vaksinasi sebagai Garis Pertama Pertahanan

Vaksinasi merupakan langkah pencegahan utama terhadap brucellosis. Namun, efektivitasnya terbatas bila tidak dibarengi dengan upaya lain. Vaksinasi dapat membantu mengurangi risiko infeksi, tetapi tidak dapat sepenuhnya mengeliminasi keberadaan bakteri dalam populasi ternak.

2. Disinfeksi: Memutus Rantai Penularan

Disinfeksi adalah upaya pelengkap penting dalam pengendalian brucellosis. Proses ini melibatkan pembersihan menyeluruh dan penerapan disinfektan pada kandang, alat, dan area yang berpotensi terkontaminasi bakteri Brucella. Disinfeksi yang konsisten dan tepat sasaran dapat secara signifikan mengurangi penyebaran penyakit.

“Kombinasi antara program vaksinasi yang baik dan praktik disinfeksi yang benar adalah kunci untuk menciptakan lingkungan ternak yang sehat,” ujar drh. Lida.

Jenis Disinfektan yang Efektif untuk Brucellosis

Dua jenis disinfektan yang direkomendasikan dalam pengendalian brucellosis adalah:

  • Benzalkonium Chloride (BKC): Golongan senyawa ammonium kuartener (QAC) yang merusak membran sel bakteri, menyebabkan kematian sel.
  • Glutaraldehyde: Disinfektan berbasis aldehida yang bekerja dengan menonaktifkan protein dan asam nukleat bakteri.

Penggunaan disinfektan ini harus dilakukan sesuai dengan panduan teknis dan dalam kondisi lingkungan yang telah dibersihkan secara fisik terlebih dahulu.

Peran Peternak dan Edukasi Berkelanjutan

Menurut drh. Lida, edukasi dan partisipasi aktif peternak sangat krusial. “Brucellosis menyebabkan kerugian besar bagi peternak. Maka dari itu, langkah pencegahan yang ketat harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan pandangannya yang optimis terhadap masa depan pengendalian brucellosis di Indonesia. “Kesadaran mulai meningkat berkat kampanye informasi yang kini lebih sering dilakukan di berbagai daerah,” tambahnya.

Kesimpulan

Brucellosis merupakan ancaman serius bagi kesehatan hewan dan manusia, terutama selama periode Idul Adha yang identik dengan peningkatan lalu lintas ternak. Pengendalian yang efektif membutuhkan sinergi antara vaksinasi, disinfeksi, edukasi peternak, serta pengawasan pergerakan hewan.

Dengan keterlibatan aktif dari dokter hewan, pelaku peternakan, dan pembuat kebijakan, pengendalian brucellosis di Indonesia bukanlah hal yang mustahil.